Sekitar ratusan mobil Toyota Land Cruiser berderet panjang di pantai Padang Galak menandai hari jadi klub otomotif legendaris Toyota Land Cruiser Indonesia (TLCI) Bali yang ke-4 pada 11-12 Desember 2016 lalu.
Nyoman Rimawan Pujianto, Pembina TLCI Bali mengatakan selain anggota dari Bali yang berjumlah 350 member, perayaan itu juga mengundang anggota TLCI dari luar daerah yang tergerak ikut serta dalam tumpah ruah meriahnya acara. Diantaranya anggota yang turut hadir di luar daerah adalah TLCI Bandung, Makassar dan beberapa kota yang lumayan cukup jauh menempuh perjalanan.
“Kehadiran anggota luar daerah sekaligus dalam rangka koordinasi di even Jambore Nasional yang akan dipusatkan di Ancol, Jakarta pada tahun 2017 mendatang,” ungkapnya Selasa (13/12).
Bertemakan ‘History of The Legend’, TLCI Bali berupaya untuk menengok sejarah produk Land Cruiser tertua seperti yang ditampilkan dalam pameran, yakni Toyota Land Cruiser tahun 1963 hingga 65’. Tujuannya adalah menghargai dan memahami sejarah Land Cruiser dari tahun ke tahun, karena produk masa kini adalah proses yang berkelanjutan pada masa lalu sampai menjadi legenda.
Rimawan yang juga menaungi bengkel dan workshop GM Power spesialis Land Cruiser ini menambahkan pada pertemuan kali ini Rimawan juga mensosialisasikan kepada anggota untuk tertib dan menjaga etika di jalan raya, untuk menghindari dari kesan ugal-ugalan dari pengendara mobil SUV yang berdimensi besar tersebut.
Yang jelas karena body-nya yang kokoh dan besar itu, ia ingin menepis anggapan jika kendaraan Land Cruiser identik dipakai oleh organisasi masyarakat (ormas). Hal ini dimungkinkan karena selain harganya yang lebih mahal dari saingannya, kapasitas mesin yang rata-rata di atas 2.000 cc ini kerap dicap tidak efisien bahan bakar, perawatannya yang tidak mudah, pemilik akan berpikir dua kali untuk memilikinya. Inilah yang membuat Land Cruiser, sebagai kendaraan legendaris hanya digunakan oleh penggemarnya saja.
Rimawan juga menambahkan selama 4 tahun, TLCI Bali rutin menyelengggarakan aktivitas baik itu berupa turing sekaligus tirtayatra, atau bakti sosial ke panti werdha. Disamping itu, anggota yang aktif dalam trail offroader, juga sering mengikuti kompetisi lokal yang dilaksanakan beberapa kali dalam setahun.
