Dalam rapat dengar dengan DPRD provinsi Bali dengan berbagai club mobil atau kendaraan tua termasuk Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bali, disepakati untuk pencabutan rancangan perda penghancuran mobil tua.
Ketua Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) dr. IGNB Mahayasa Sp KJ menjelaskan disetujuinya aspirasi para pemilik mobil kuno ini karena masih terdapat aturan yang dinilai masih rancu.
“Seperti ditiadakannya balik nama plat nomor daerah (DK), jadi plat nomor luar daerah lewat masa waktu 3 bulan akan ‘diusir’,” sebutnya Senin (6/6).
Sebagai dasar pertimbangan lainnya, pihaknya juga memberikan beberapa alasan diantaranya, komunitas mobil kuno selama ini menepis tidak pernah menimbulkan macet dan selain jarang melintas jalan, juga taat bayar pajak.
Merunut dari nilai sejarah dan edukasi, kehadiran komunitas pecinta mobil kuno juga bagian dari melestarikan budaya dan secara langsung dan tidak langsung berdampak pada perekonomian daerah.
“Secara langsung penggunaan mobil klasik VW misalnya untuk akomodasi wisatawan merupakan promosi pariwisata,” ungkapnya.
Selain itu dampak kepada ekonomi lokal secara tidak langsung terkait dalam even even turing mobil tua nasional, dimana para pecinta mobil kuno dari berbagai daerah berkumpul. Dari semua itu, menurutnya komunitas mobil kuno juga memberdayakan ekonomi kreatif.
“Mobil kuno membutuhkan perawatan yang tidak murah, dari mulai bengkel mesin sampai dengan tukang cat,” tuturnya.
Sesungguhnya, kata Mahayasa penyebab kemacetan terletak pada ketidaksesuaian perencanaan tata kota. Ia mengidentifikasi titik kemacetan selama ini di Denpasar merupakan jam pulang sekolah dan perkantoran, sehingga perlu alternatif bus sekolah sebagai transportasi massal.
Dalam waktu dekat DPRD Bali juga akan mengundang kembali para komunitas dan klub mobil tua untuk realisasi pencabutan ranperda penghancuran mobil tua tersebut.
