Tuesday 10th September 2024,

Catatan Seabad Industri Otomotif Indonesia, Astra Nyaris Digandeng Soeharto Garap Mobnas

Catatan Seabad Industri Otomotif Indonesia, Astra Nyaris Digandeng Soeharto Garap Mobnas

Tidak terasa telah seabad lamanya perkembangan industri otomotif di Indonesia sejak pertama pada 1927 lalu ditandai dengan produsen mobil AS ternama, General Motors membangun pabrik di Tanjung Priok. Lantas bagaimana perjalanan historis dan peristiwa yang berpengaruh hingga berdampak pada saat ini, berikut analisa dari Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI).

Presiden Jokowi mencanangkan kembali tekad Pemerintah untuk menjadikan otomotif sebagai industry andalan Indonesia pada peresmian pabrik Mitsubishi di Cikarang. Kita tentu ingat gebrakan walikota Solo Ir. Joko Widodo meluncurkan mobil Essemka yang merupakan repetisi dari tekad kebijakan Mobil Nasional sejak era Presiden Soeharto yang kontroversial. Karena memberikan proteksi istimewa kepada putra mahkota Cendana 1996. Yang segera terbubarkan oleh krismon dan gebrakan IMF menghapus segala macam proteksi termasuk kebijakan Mobnas.

Pusat Data Bisnis Indonesia mengupdate studi “PROFILE AND ANATOMY OF INDONESIAN AUTOMOTIVE INDUSTRY” dan menemukan tonggak sejarah seabad industri otomotif di Indonesia yang bila dicermati dapat menumbuhkan optimism dan assertiveness (rasa percaya diri) dalam pembangunan industri otomotif Indonesia sesuai dengan harapan Wapres Jusuf Kalla ketika meresmikan Pameran IIMS April 2017.

a. Dinamika Empiris Historis Industri otomotif Indonesia sudah dimulai hampir seabad yang lalu pada 1927. General Motors mendirikan pabrik perakitan di Tanjung Priok pada 1927, yang kedua di Asia setelah Yokohama Jepang dan General Motor memilih Jakarta ketimbang Singapura karena insentif kebijakan.

Seperempat abad kemudian 1953 DR Hasyim Ning mendirikan pabrik perakitan kedua PT Indonesia Service Company dan menjadi distributor pelbagai merk mobil mulai dari Ford dan Fiat sehingga dikenal sebagai Raja Mobil Indonesia yang terus menguasai pangsa pasar mobil Indonesia hingga awal 1970an.

Pada 1969 William Soeryadjaja pendiri Astra (1957) membeli ex pabrik General Motors 1927 dari status BUMN PN Gaya Motor menjadi bagian dari imperium otomotif Astra yang menggantikan Hasyim Ning sebagai Raja Mobil Indonesia hingga 1991. Namun secara tragis keluarga ini kehilangan seluruh sahamnya karena krisis Bank Summa menyebabkan keluarga Soeryadjaya kehilangan kepemilikan atas Astra yang setelah krismon 1998 menjadi perusahaan terbuka yang mayoritasnya ditangan kelompok Jardine Hongkong.

b.Menjelang terbentuknya WTO, 1996 Kebijakan Mobil Nasional Presiden Soeharto sebetulnya merupakan kebijakan tepat. Namun aplikasinya berbasis nepotisme dan timingnya berbenturan dengan krismon 1997-1998 sehingga berujung kegagalan total. Proteksi yang tidak efisien dan gagal meniru Korea dan mengulangi kegagalan Proton Malaysia.

Pemrakarsa terobosan mobil Essemka Ir. Joko Widodo memulihkan rasa percaya diri untuk bangkitnya industri otomotif di Indonesia sebagai bagian dari global supply chain. Nasib buruk Astra dipicu oleh konflik antara Presiden Soeharto yang tersinggung dengan “arogansi” William ketika menyatakan akan menghibahkan saham untuk koperasi ketika Presiden mengimbau konglomerat untuk menyisihkan quota saham.

Soeharto ingin membeli bukan “hibah”. Seandainya tidak ada konflik antara Soeharto William dan Astra yang diberi misi sebagai pelaksana Mobnas barangkali sejarah industri otomotif kita akan berbeda dan kita sudah mempunyai merk Astra sebagai “brand Indonesia” di sektor otomotif global. Tapi ini adalah pengandaian yang sudah tidak mungkin terwujud.

c.Diseluruh dunia industri otomotif mengalami konsolidasi sehingga AS hanya punya 2 merk “nasional” General Motors dan Ford, sedang Chrysler sudah berpatungan dengan Fiat yang masih survive mewakili Italia dalam produsen mobil global. Jerman punya 3 merk Mercedes BMW dan Volkswagen. Prancis BUMN Citroen Renault dan swasta Peugeot.

Hanya Jepang masih bertahan dengan 8 merk Toyota, Nissan (mitra dengan Renault), Honda, Mazda, Mitsubishi, Isuzu, Suzuki, Subaru. Diluar 16 merk global itu maka hanya Korea yang mampu menembus industri mobil global dengan merk Hyundai dan KIA (sudah dimerger jadi satu).

d. Mobnas Indonesia ingin meniru jejak Korea bermitra dengan KIA dan Malaysia yang meluncurkan Proton berbasis Mitsubishi. Tiongkok baru agresif mengembangkan merk justru setelah liberalisasi masuknya semua produsen global membangun pabrik dan merk global dijalan raya Tiongkok.

Dalam siklus seabad industri otomotif Indonesia terjadi keunikan sejarah bahwa General Motors berpatungan dengan SAIC Tiongkok membuka pabrik Wuling di Bekasi kembali kepada fenomena 1927 ketika General Motors memilih Tanjung Priok sebagai lokai perakitan mobil General Motors kedua di Asia setelah Jepang.

Studi PDBI akan menyajikan perkembangan mutakhir industri otomotif global dan opsi kebijakan yang diambil Pemerintah untuk menjadi bagian dari global supply chain sambil bertahap mengembangkan merk seperti pola Tiongkok dengan Wuling dan tidak tertutup opsi mobil elektrik bila accu tenaga solar bisa dipakai sebagai energy “Tesla”. Indonesia harus sukses berintegrasi dengan arus besar global supply chain industri otomotif.

PDBI percaya dengan belajar dari riwayat jatuh bangun imperium otomotif Indonesia karena ayunan pendulum kebijakan, Indonesia akan merayakan seabad industri otomotif Indonesia pada 2027 sebagai andalan ekonomi Nasional dengan atau tanpa brand local, tetapi mampu menjadi bagian global supply chain otomotif global.

 

 

Nissan Bali

Leave A Response


Partner Ship