Setelah Low Cost Green Car (LCGC) terealisasi, industry otomotif tanah air dikabarkan akan bertransformasi menuju era hybrid. Bagaimanakah kesiapannya?
Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Made Dana Tangkas menjelaskan di Negara-negara tetangga Asean diantaranya Thailand dan Malaysia sudah mencanangkan mobil hybrid, bahkan sudah mengembangkan mobil listrik. Ke depan, lanjutnya Indonesia sebagai pasar otomotif Asia juga tidak mau ketinggalan.
Kendati demikian, menurutnya aspek sarana dan prasarana seperti infrastruktur sebelumnya perlu dibangun, seperti dukungan listrik yang masih kurang karena target pemerintah mensupply 35.000 watt masih belum terpenuhi. Namun, sasaran yang dicapai saat ini bagaimana mengakselerasi (milestone) perkembangan transformasi menuju ke hybrid.
“Kita masih berkonsultasi dengan Kementrian Perindustrian, Kementrian ESDM dan Kementrian perhubungan bagaimana mentransformasi kendaraan BBM konvensional saat ini bisa menjadi hybrid,” ungkapnya Rabu (26/10).
Memang, kata dia LCGC dengan pencapaian efisiensi harga dan penggunaan BBM rata-rata 1:20 km sudah baik, tapi masih perlu disempurnakan. Namun, melalui hybrid ia menyebutkan pencapaian efisiensi bisa lebih jauh lagi 1:30 km.
Made Dana yang juga sebagai Presiden Indonesia Otomotif Institut (IOI) ini, mengungkapkan kendala yang dihadapi teknologi hybrid selain infrastruktur adalah batre yang mahal, sinkronisasi dua motor penggerak yakni motor bahan bakar dan batre dan regulasinya yang sedang mengkaji oleh IOI, Gaikindo dan Kementrian Perindustrian. Ia memprediksi butuh waktu sekitar 1 hingga 2 tahun untuk merealisasikan teknologi hybrid di Indonesia.
Sebagai catatan, sebagai pasar kedua tertinggi setelah Thailand, penjualan otomotif roda empat secara nasional sebanyak 1 juta unit per tahun, sedangkan pasar otomotif di Asean tercatat sebesar 3,5 juta unit per tahun. Menurut Tangkas, Indonesia mempunyai potensi meraup pasar ekspor yang lebih tinggi jika potensi kemandirian sumber daya manusia dan alamnya dioptimalkan.
“Menjadi tantangan ke depan bagaimana Indonesia bisa mengolah SDM dan SDA-nya semua dari Indonesia, sehingga kemandirian ini tidak hanya mampu memenuhi pasar dalam negeri tetapi juga untuk ekspor,”
Targetnya, Indonesia mampu keluar sebagai kelas pendapatan menengah (Middle Income Club) di tahun 2025 hingga 2030. Sebagai gambaran kapasitas produksi otomotif roda empat nasional sebesar 2 juta unit per tahun. Penjualan per tahunnya untuk pasar domestik rata-rata mencapai 1 juta unit dan pasar ekspor sebesar 200 ribu unit.